Friday, March 25, 2011
TUGAS 3
SEKTOR PERTANIAN
I. Pendahuluan
Selama ini indikator-indikator yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja pembangunan sektor pertanian antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penyedia devisa dan peranannya menurunkan jumlah penduduk miskin. Untuk menggambarkan pencapaian sasaran pembangunan berkelanjutan harus diukur dalam perspektif jangka panjang maka kinerja pembangunan pertanian tidak dilihat hanya semata-mata dari kontribusinya terhadap perekonomian nasional tapi juga peranan artikulatifnya yaitu keterkaitan antar sektor baik ke depan maupun ke belakang dan peranan promotifnya yaitu merangsang pertumbuhan sektor lain secara tidak langsung dengan menciptakan lingkungan pembangunan yang mantap.
II. Kerangka Analisis
Dengan mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1964) pertanian di LDCs dapat dilihat sebagai suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam 4 bentuk Kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu:
1. Kontribusi Produk
Kontribusi produk pertanian terhadap PDB dapat dilihat dari relasi antara pertumbuhan dan kontribusi tersebut dengan pangsa PDB awal dari pertanian dan laju pertumbuhan relatif dari produk-produk neto pertanian dan non pertanian.
Laju penurunan peran sektor pertanian secara relatif di dalam ekonomi cenderung berasosiasi dengan kombinasi dari 3 hal, yakni pangsa PDB awal dari sektor-sektor non pertanian yang relatif lebih tinggi dari pada pangsa PDB awal dari pertanian, laju pertumbuhan output pertanian yang relatif rendah , dan laju pertumbuhan output sari sektor-sektor non pertanian yang relatif tinggi. Didalam sistem ekonomi terbuka, besarnya kontribusi produk terhadap PDB dari sektor pertanian baik lewat pasar maupun lewat keterkaitan produksi dengan sektor-sektor nonpertanian.
2. Kontribusi Pasar
Pengeluaran petani untuk produk-produk industri memperlihatkan satu aspek dari kontribusi pasar dari sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi lewat efeknya terhadap pertumbuhan dan diversifikasi sektoral. Peranan sektor pertanian lewat kontribusi pasarnya terhadap diversifikasi dan pertumbuhan output sektor-sektor nonpertanian sangat bergantung pada 2 faktor penting, yaitu:
Dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negeri tetapi juga barang-barang impor.
Jenis teknologi yang digunakan disektor pertanian yg menentukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau modernisasi di sektor tersebut.
3. Kontribusi faktor-faktor produksi
Ada 2 faktor produksi yang dapat dialihkan dari pertanian ke sekto-sektor non pertanian tanpa harus mengurangi volume produksi yang terdapat di dalam teori Arthur Lewis, yaitu:
Pada saat pertanian mengalami surplus L yang menyebabkan tingkat produktivitas dan pendapatan riil per L di sektor tersebut rendah akan terjadi transfer L dari pertanian ke industri. Dampaknya yakni, kapasitas dan volume produksi di sektor industri meningkat.
Modal: surplus pasar disektor pertanian bisa menjadi salah satu sumber Investasi di sektor-sektor lain. Surplus pasar adalah surplus produk dikali harga jual.
Sesuai hukum penawaran bahwa semakin tinggi harga produk pertanian, semakin besar suplai produknya, demikian pula kebalikan nya.
4. Kontribusi Devisa
Kontribusi sektor pertanian terhadap peningkatan devisa adalah lewat peningkatan ekspor ( X ) atau pengurangan tingkat ketergantungan negara terhadap impor atas komoditi-komoditi pertanian. Akan tetapi peran sektor pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan pewran nya dalam bentuk kontribusi produk. Usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan X pertanian
Untuk menghindari trade-off maka ada dua hal yang perlu dilakukan di sektor pertanian yakni dengan menambah kapasitas produksi di satu sisi dan meningkatkan daya saing produk-produknya di sisi lain.
III. Kinerja dan Peran sektor pertanian di Indonesia
• Pertumbuhan Output Sejak Tahun 1970-an
Pangsa output agrerat (PDB) dari pertanian relatif menurun sedangkan dari industri manufaktur dan sektor-sektor sekunder lain nya dan sektor tersier meningkat. Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB bukan berarti bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang selama periode tersebut, akan tetapi laju pertumbuhan output nya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output di sektor-sektor lain. Hal ini dikarenakan secara rata-rata elastisitas pendapatan dari permintaan terhadap komoditas pertanian lebih kecil daripada pelastisitas pendapatan dari permintaan terhadap produk-produk dari sektor-sektor lain.
• Pertumbuhan dan diversidikasi ekspor
Komoditas pertanian Indonesia yg diekspor cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rrempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah. Selama 1993-2001 nilai ekspor nya yang paling besar adalah udang dengan rata-rata sedikit diatas 1 milliar dolar AS. Namun dalam total ekspor nasional, kontribusi pertanian terhadap pembentukan jumlah ekspor nasional sangat kecil. Pada th 2002 hanya 4,47% dibandingkan besarnya sumbangan dari industri manufaktur yang mencapai hampir 69,0%. Pangsa ini mengalami peningkatan sedikit dibandingkan januari-mei 2001. Selama januari-mei 2001 nilai ekspor pertanian tercatat sekitar 991,2 juta dolar AS dan untuk periode yang sama th 2002 naik menjadi 995,0 juta dolar AS. Sektor ini punya peran besar secara tidak langsung yakni lewat ekspor dari industri manufaktur sejak output dari industri manufaktur Indonesia didominasi oleh produk-produk berbasis pertanian seperti makanan dan minuman dan produk-produk dari kulit bambu dan rotan.
• Kontribusi terhadap kesempatan kerja
Sudah diduga bahwa di suatu negara agraris besar seperti Indonesia yang ekonomi dalam negerinya masih didominasi oleh ekonomi pedesaan, sebagian besar dr jumlah angkatan/tenaga kerja
• Ketahanan pangan
Di Indonesi ketahanan pangan merupakan salah satu topik yg sangat penting bukan saja dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial tetapi masalah ini mengandung konsekuensi politik yg sangat besar. Bahkan dibanyak negara ketahanan pangan sering digunakan sebagai alat politik bagi seorang presiden untuk mendapatkan dukungan dari rakyatnya. Di satu pihak, pemerintah harus memprhatikan kelangsungan produksi pangan di dalam negeri demi menjamin ketahanan pangan, namun, dipihak lain, Indonesia tidak mengambat impor pangan dari luar. Konsep ketahanan pangan yg dianut oleh Indonesia dapat dilihat dari undang-undang No. 7 th 1996 tentang pangan, pasal 1 Ayat 17 yg berbunyi " ketahanan pangan adalah kondisi terpehuninya pangan yg rumah tangga yg tercemin dari tersedianya pangan yg cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau". UU ini sejalan dengan definisi ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) th 1992 yakni akses setiap RT untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yg sehat. Sementara pada World Food Summit th 1996, ketahanan pangan disebut sebagai akses setiap RT untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yg sangat sehat dengan persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan nilai atau budaya setempat (pambuddy, 2002a).
IV. Faktor-Faktor Determinan
Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan sangat ditentukan oleh banyak faktor, eksternal maupun internal. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yg optimal menetukan tingkat produktivitas lahan maupun manusia.
V. Nilai Tukar Petani
i. Pengertian Nilai Tukar Petani
Nilai tukar adalah nilai tukar suatu barang dengan barang lain, jadi suatu rasio harga dari dua barang yg berbeda. Di dalam literatur perdagangan internasional pertukaran dua barang yg berbeda di pasar dalam negeri dalam nilai mata uang nasional disebut dasar tukar dalam negeri, sedangkan dipasar internasional dalam nilai mata uang internasional disebut dasar tukar internasional ataupun umum dikenal dengan terms of trade. Jadi Terms of Trade adalah harga relatif ekspor terhadap harga impor atau rasio antara indeks harga ekspor terhadap indeks harga impor. Sedangkan nilai tukar petaniadalah rasio antara indeks harga yg diterima petani yakni indeks harga jual outputnya terhadap indeks harga yg dibayar petani, yakni indeks harga input-input yg digunakan untuk bertani misalnya pupuk.
ii. Perkembangan NTP di Indonesia
NTP berbeda menurut wilayah karena adanya perbedaan inflasi , sistem distribusi pupuk dan input-input pertanian lainnya, serta perbedaan titik ekuilibrium pasar untuk komoditas-komoditas pertanian. Ekuilibrium pasar itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan di wilayah tersebut. Dari sisi penawaran, faktor penentu utama adalah volume atau kapasitas produksi di sektor pertanian, sedangkan dari sisi permintaan terutama adalah jumlah penduduk dan tingkat pendapatan riil masyarakat rata-rata perkapita. Rendah-tingginya NTP juga ditentukan oleh indeks harga input-input pertanian dimasing-masing wilayah.
iii. Penyebab Lemahnya NTP
Penyebab lemahnya NTP dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya Indeks harga rata-rata perbulan yang diterima petani dan faktor-faktor penyebab tingginya Indeks harga rata-rata yg dibayar petani. Faktor-faktor tersebut dapat berbeda menurut jenis komoditas. Diversifikasi output di sektor pertanian sangat menentukan baik tidaknya NTP di Indonesia.
VI. KETERKAITAN PRODUKSI ANTARA SEKTOR PERTANIAN DENGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI LAINNYA.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebab krisis ekonomi di Indonesi pada th 1997 adalah karena kesalahan industrialisasi selama Orde Baru yang tidak berbasis pada pertanian. Selama ekonomi juga terbukti bahwa sektor pertanian masih mampu mengalami laju pertumbuhan ekonomi yg positif, walaupun dalam persentase kecil, sedangkan sebagian sektor ekonomi lainnya termasuk industri manufaktur menglami laju pertumbuhan yang negatif diatas satu digit.keterkaita antara sektor pertanian dengan sektor Industri didominasi oleh efek keterkaitan pendapatan disusul kemudian oleh efek keterkaitan produksi.tanpa suatu peningkatan output atau produktivitas di sektor pertanian, sektor Industri tidak dapat meningkatkan outputnya. Oleh karena itu sektor pertanian memainkan peran penting dalam pembangunan sektor industri di suatu daerah. Sebagaimana yg dapat dikutip dari Simatupang dan Syafa’at bahwa sektor andalan perekonomian merupakan tulang punggung dan mesin penggerak perekonomian sehingga dapat pula disebut sebagai kunci atau sektor pemimpin perekonomian nasional.
Keterkaitan produksi terdiri dari keterkaitan produksi ke depan dan keterkaitan produksi kebeakang. Bila keterkaitan produksi total dari sektor pertanian paling besar di antara sektor-sektor ekonomi lainnya, maka pertannian memiliki potensi sebagai sektor pemimpin dalam perekonomian nasional.
VII. Penutup
Sektor pertanian sampai saat ini masih ditempatkan pada posisi marginal. Sehingga produktivitasnya paling rendah diantara sektor yg lainnya. Karena itu, sudah saatnya perhatian perlu ditunjukkan untuk menjadikan sektor ini memiliki daya saing dan berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.
Sumber : PEREKONOMIAN INDONESIA, Dr. Tulus T.H Tambunan, Ghalia Indonesia
Nama : Siti Nurul
Kelas : 1EB07
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment