SEKTOR PERTANIAN
I.
Pendahuluan
Selama
ini indikator-indikator yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja pembangunan
sektor pertanian antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan
tenaga kerja, penyedia devisa dan peranannya menurunkan jumlah penduduk miskin.
Untuk menggambarkan pencapaian sasaran pembangunan berkelanjutan harus diukur
dalam perspektif jangka panjang maka kinerja pembangunan pertanian tidak
dilihat hanya semata-mata dari kontribusinya terhadap perekonomian nasional
tapi juga peranan artikulatifnya yaitu keterkaitan antar sektor baik ke depan
maupun ke belakang dan peranan promotifnya yaitu merangsang pertumbuhan sektor
lain secara tidak langsung dengan menciptakan lingkungan pembangunan yang mantap.
II.
Kerangka Analisis
Dengan mengikuti analisis klasik dari
Kuznets (1964) pertanian di LDCs dapat dilihat sebagai suatu sektor ekonomi
yang sangat potensial dalam 4 bentuk Kontribusinya terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional, yaitu:
1. Kontribusi
Produk
Kontribusi produk pertanian terhadap PDB dapat dilihat dari
relasi antara pertumbuhan dan kontribusi tersebut dengan pangsa PDB awal dari
pertanian dan laju pertumbuhan relatif dari produk-produk neto pertanian dan
non pertanian.
Laju penurunan peran sektor pertanian secara
relatif di dalam ekonomi cenderung berasosiasi dengan kombinasi dari 3 hal,
yakni pangsa PDB awal dari sektor-sektor non pertanian yang relatif lebih
tinggi dari pada pangsa PDB awal dari pertanian, laju pertumbuhan output
pertanian yang relatif rendah , dan laju pertumbuhan output sari sektor-sektor
non pertanian yang relatif tinggi. Didalam sistem ekonomi terbuka, besarnya
kontribusi produk terhadap PDB dari sektor pertanian baik lewat pasar maupun
lewat keterkaitan produksi dengan sektor-sektor nonpertanian.
2. Kontribusi
Pasar
Pengeluaran petani untuk produk-produk
industri memperlihatkan satu aspek dari kontribusi pasar dari sektor pertanian
terhadap pembangunan ekonomi lewat efeknya terhadap pertumbuhan dan
diversifikasi sektoral. Peranan sektor pertanian lewat kontribusi pasarnya
terhadap diversifikasi dan pertumbuhan output sektor-sektor nonpertanian sangat
bergantung pada 2 faktor penting, yaitu:
§
Dampak dari keterbukaan ekonomi dimana
pasar domestik tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negeri tetapi
juga barang-barang impor.
§
Jenis teknologi yang digunakan disektor
pertanian yg menentukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau modernisasi di
sektor tersebut.
3. Kontribusi
faktor-faktor produksi
Ada 2 faktor produksi yang dapat
dialihkan dari pertanian ke sekto-sektor non pertanian tanpa harus mengurangi
volume produksi yang terdapat di dalam teori Arthur Lewis, yaitu:
§
Pada saat pertanian mengalami surplus L
yang menyebabkan tingkat produktivitas dan pendapatan riil per L di sektor
tersebut rendah akan terjadi transfer L dari pertanian ke industri. Dampaknya
yakni, kapasitas dan volume produksi di sektor industri meningkat.
§
Modal: surplus pasar disektor pertanian
bisa menjadi salah satu sumber Investasi di sektor-sektor lain. Surplus pasar
adalah surplus produk dikali harga jual.
Sesuai
hukum penawaran bahwa semakin tinggi harga produk pertanian, semakin besar
suplai produknya, demikian pula kebalikan nya.
4. Kontribusi
Devisa
Kontribusi sektor pertanian terhadap
peningkatan devisa adalah lewat peningkatan ekspor ( X ) atau pengurangan
tingkat ketergantungan negara terhadap impor atas komoditi-komoditi pertanian.
Akan tetapi peran sektor pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi
dengan pewran nya dalam bentuk kontribusi produk. Usaha memenuhi kebutuhan
pasar dalam negeri bisa menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan X
pertanian
Untuk
menghindari trade-off maka ada dua
hal yang perlu dilakukan di sektor pertanian yakni dengan menambah kapasitas
produksi di satu sisi dan meningkatkan daya saing produk-produknya di sisi
lain.
III.
Kinerja dan Peran sektor pertanian di
Indonesia
•
Pertumbuhan Output Sejak Tahun 1970-an
Pangsa
output agrerat (PDB) dari pertanian relatif menurun sedangkan dari industri
manufaktur dan sektor-sektor sekunder lain nya dan sektor tersier meningkat.
Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB bukan
berarti bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang selama periode
tersebut, akan tetapi laju pertumbuhan output nya lebih lambat dibandingkan
laju pertumbuhan output di sektor-sektor lain. Hal ini dikarenakan secara
rata-rata elastisitas pendapatan dari permintaan terhadap komoditas pertanian
lebih kecil daripada pelastisitas pendapatan dari permintaan terhadap
produk-produk dari sektor-sektor lain.
• Pertumbuhan dan diversidikasi ekspor
Komoditas pertanian Indonesia yg diekspor cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rrempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah. Selama 1993-2001 nilai ekspor nya yang paling besar adalah udang dengan rata-rata sedikit diatas 1 milliar dolar AS. Namun dalam total ekspor nasional, kontribusi pertanian terhadap pembentukan jumlah ekspor nasional sangat kecil. Pada th 2002 hanya 4,47% dibandingkan besarnya sumbangan dari industri manufaktur yang mencapai hampir 69,0%. Pangsa ini mengalami peningkatan sedikit dibandingkan januari-mei 2001. Selama januari-mei 2001 nilai ekspor pertanian tercatat sekitar 991,2 juta dolar AS dan untuk periode yang sama th 2002 naik menjadi 995,0 juta dolar AS. Sektor ini punya peran besar secara tidak langsung yakni lewat ekspor dari industri manufaktur sejak output dari industri manufaktur Indonesia didominasi oleh produk-produk berbasis pertanian seperti makanan dan minuman dan produk-produk dari kulit bambu dan rotan.
• Pertumbuhan dan diversidikasi ekspor
Komoditas pertanian Indonesia yg diekspor cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rrempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah. Selama 1993-2001 nilai ekspor nya yang paling besar adalah udang dengan rata-rata sedikit diatas 1 milliar dolar AS. Namun dalam total ekspor nasional, kontribusi pertanian terhadap pembentukan jumlah ekspor nasional sangat kecil. Pada th 2002 hanya 4,47% dibandingkan besarnya sumbangan dari industri manufaktur yang mencapai hampir 69,0%. Pangsa ini mengalami peningkatan sedikit dibandingkan januari-mei 2001. Selama januari-mei 2001 nilai ekspor pertanian tercatat sekitar 991,2 juta dolar AS dan untuk periode yang sama th 2002 naik menjadi 995,0 juta dolar AS. Sektor ini punya peran besar secara tidak langsung yakni lewat ekspor dari industri manufaktur sejak output dari industri manufaktur Indonesia didominasi oleh produk-produk berbasis pertanian seperti makanan dan minuman dan produk-produk dari kulit bambu dan rotan.
•
Kontribusi terhadap kesempatan kerja
Sudah diduga bahwa di suatu negara agraris besar seperti Indonesia yang ekonomi dalam negerinya masih didominasi oleh ekonomi pedesaan, sebagian besar dr jumlah angkatan/tenaga kerja
•
Ketahanan pangan
Di
Indonesi ketahanan pangan merupakan salah satu topik yg sangat penting bukan
saja dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial tetapi masalah ini mengandung
konsekuensi politik yg sangat besar. Bahkan dibanyak negara ketahanan pangan
sering digunakan sebagai alat politik bagi seorang presiden untuk mendapatkan
dukungan dari rakyatnya. Di satu pihak, pemerintah harus memprhatikan
kelangsungan produksi pangan di dalam negeri demi menjamin ketahanan pangan,
namun, dipihak lain, Indonesia tidak mengambat impor pangan dari luar. Konsep
ketahanan pangan yg dianut oleh Indonesia dapat dilihat dari undang-undang No.
7 th 1996 tentang pangan, pasal 1 Ayat 17 yg berbunyi " ketahanan pangan
adalah kondisi terpehuninya pangan yg rumah tangga yg tercemin dari tersedianya
pangan yg cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan
terjangkau". UU ini sejalan dengan definisi ketahanan pangan menurut
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
th 1992 yakni akses setiap RT untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu
untuk keperluan hidup yg sehat. Sementara pada World Food Summit th 1996,
ketahanan pangan disebut sebagai akses setiap RT untuk dapat memperoleh pangan
pada setiap waktu untuk keperluan hidup yg sangat sehat dengan persyaratan
penerimaan pangan sesuai dengan nilai atau budaya setempat (pambuddy, 2002a).
IV.
Faktor-Faktor Determinan
Kemampuan Indonesia meningkatkan
produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan sangat ditentukan oleh
banyak faktor, eksternal maupun internal. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut
dalam tingkat keterkaitan yg optimal menetukan tingkat produktivitas lahan
maupun manusia.
V.
Nilai Tukar Petani
i.
Pengertian
Nilai Tukar Petani
Nilai tukar
adalah nilai tukar suatu barang dengan barang lain, jadi suatu rasio harga dari
dua barang yg berbeda. Di dalam literatur perdagangan internasional pertukaran
dua barang yg berbeda di pasar dalam negeri dalam nilai mata uang nasional
disebut dasar tukar dalam negeri, sedangkan dipasar internasional dalam nilai
mata uang internasional disebut dasar tukar internasional ataupun umum dikenal
dengan terms of trade. Jadi Terms of Trade adalah harga relatif ekspor terhadap
harga impor atau rasio antara indeks harga ekspor terhadap indeks harga impor.
Sedangkan nilai tukar petaniadalah rasio
antara indeks harga yg diterima petani yakni indeks harga jual outputnya
terhadap indeks harga yg dibayar petani, yakni indeks harga input-input yg
digunakan untuk bertani misalnya pupuk.
ii.
Perkembangan
NTP di Indonesia
NTP berbeda menurut wilayah karena
adanya perbedaan inflasi , sistem distribusi pupuk dan input-input pertanian
lainnya, serta perbedaan titik ekuilibrium pasar untuk komoditas-komoditas
pertanian. Ekuilibrium pasar itu sendiri
dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan di wilayah tersebut. Dari
sisi penawaran, faktor penentu utama adalah volume atau kapasitas produksi di
sektor pertanian, sedangkan dari sisi permintaan terutama adalah jumlah
penduduk dan tingkat pendapatan riil masyarakat rata-rata perkapita.
Rendah-tingginya NTP juga ditentukan oleh indeks harga input-input pertanian
dimasing-masing wilayah.
iii.
Penyebab
Lemahnya NTP
Penyebab lemahnya NTP dapat dilakukan
dengan menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya Indeks harga rata-rata
perbulan yang diterima petani dan
faktor-faktor penyebab tingginya Indeks harga rata-rata yg dibayar petani.
Faktor-faktor tersebut dapat berbeda menurut jenis komoditas. Diversifikasi
output di sektor pertanian sangat menentukan baik tidaknya NTP di Indonesia.
VI.
KETERKAITAN PRODUKSI ANTARA SEKTOR
PERTANIAN DENGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI LAINNYA.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebab krisis
ekonomi di Indonesi pada th 1997 adalah karena kesalahan industrialisasi selama
Orde Baru yang tidak berbasis pada pertanian. Selama ekonomi juga terbukti
bahwa sektor pertanian masih mampu mengalami laju pertumbuhan ekonomi yg
positif, walaupun dalam persentase kecil, sedangkan sebagian sektor ekonomi
lainnya termasuk industri manufaktur menglami laju pertumbuhan yang negatif
diatas satu digit.keterkaita antara sektor pertanian dengan sektor Industri
didominasi oleh efek keterkaitan pendapatan disusul kemudian oleh efek keterkaitan
produksi.tanpa suatu peningkatan output atau produktivitas di sektor pertanian,
sektor Industri tidak dapat meningkatkan outputnya. Oleh karena itu sektor
pertanian memainkan peran penting dalam pembangunan sektor industri di suatu
daerah. Sebagaimana yg dapat dikutip dari Simatupang
dan Syafa’at bahwa sektor andalan perekonomian merupakan tulang punggung
dan mesin penggerak perekonomian sehingga dapat pula disebut sebagai kunci atau
sektor pemimpin perekonomian nasional.
Keterkaitan produksi terdiri dari
keterkaitan produksi ke depan dan keterkaitan produksi kebeakang. Bila keterkaitan produksi total dari sektor
pertanian paling besar di antara sektor-sektor ekonomi lainnya, maka pertannian
memiliki potensi sebagai sektor pemimpin dalam perekonomian nasional.
VII.
Penutup
Sektor pertanian sampai saat ini masih ditempatkan pada
posisi marginal. Sehingga produktivitasnya paling rendah diantara sektor yg
lainnya. Karena itu, sudah saatnya perhatian perlu ditunjukkan untuk menjadikan
sektor ini memiliki daya saing dan berkontribusi besar terhadap perekonomian
Indonesia.
Sumber : PEREKONOMIAN INDONESIA, Dr. Tulus T.H Tambunan, Ghalia Indonesia
Nama : Siti
Nurul
Kelas : 1EB07
No comments:
Post a Comment