Friday, April 1, 2011

INDUSTRIALISASI


I.                  KONSEP  DAN  TUJUAN INDUSTRIALISASI
Sejarah ekonomi dunia menunjukan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, produksi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi dibanyak negara, dari yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri. Dapat dikatakan bahwa kombinasi antara dua pendorong dari sisi penawaran agregat yakni proges teknologi dan inovasi produk serta proses produksi dan peningkatan pendapatan masyarakat yang mengubah volume dan komposisi konsumsi sisi permintaan agregat, merupakan kekuatan utama dibalik akumulasi proses industrialisasi di dunia.
Walaupun demikian, industrialisasi bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan ekonomi, melainkan hanya salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan per kapita yang tinggi dan berkelanjutan.
II.              FAKTOR-FAKTOR  PENDORONG INDUSTRIALISASI
Ada sejumlah faktor-faktor yang membuat intesitas industrialisasi berbeda antar  negara, yakni:
o   Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri.
o   Besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkat PN Riil perkapita.
o   Ciri industrialisasi, yakni antara lain cara pelaksanaan industrialisasi.
o   Keberadaan SDA. Ada kecendrungan bahwa negara-negara yang kaya SDA, tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah dan negara tersebut cenderung terlambat melakukan industrialisasi dibandingkan negara-negara yang miskin SDA.
o   Kebijakan pemerintah yang diterapkan, termasuk instrumen-instrumen dari kebijakan (seperti tax holidat, pinjaman dengan suku bunga rendah, dan export processing zone) yang digunakan dan cara implementasinya.

III.          PERKEMBANGAN  SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NASIONAL
Industri dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
o   Industri Primer atau hulu yang mengolah output dari sektor pertambangan menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap-tahap selanjutnya
o   Industri sekunder atau industri manufaktir yang terdiri dari industri tengah yang membuat barang-barang modal, barang-barang sretengah jadi dan alat-alat  produksi, serta industri hilir yang membuat barang-barang jadi yang kebanyakan adalah barang-barang konsumen rumah tangga.

walaupun suatu negara memiliki industri primer yang besar tetaoi lemah dalam industri sekunder, maka belum dapat dikatakan bahwa tingkat industrialisasi di negara tersebut sudah tinggi.

                               I.            Pertumbuhan output

Di Indonesia, peningkatan kontribusi output dari industri manufaktur terhadap PDB didorong oleh laju pertumbuhan outputnya yang rata-rata pertahun sejak awal 1970-an lebih tinggi dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga disemua negara ASEAN lainnya, laju pertumbuhan output rata-rata pertahun disektor pertanian lebih rendah daripada disektor manufaktur, walaupun pada saat krisis ekonomi mencapai puncak terburuknya, dampak negatifnya terhadap pertumbuhan output pertanian lebih kecil dibandingkan apa yang dialami oleh di industri manufaktur.

                           II.            Pendalaman Struktur Industri

Dalam proses pembangunan ekonomi jangka panjang transformasi struktural yang yang terjadi didalam ekonomi dan dimotori oleh proses industrialisasi bukan hanya dalam bentuk pergeseran pusat kekuatan ekonomi dari pertanian ke industri, tetapi juga mencakup pergeseran struktur industri.
     Pengertian dari struktur industri bisa dalam berbagai arti, berbagai jenis, atau keompok barang menurut sifat atau penggunaan nya, jenis kandungan inputnya, dan menurut orientasi pasar. Indikator umum yang digunakan untuk mengukur struktur industri adalah distribusi dari jumlah unit produksi yang ada di dan total NO atau NT dari sektor industri menurut kelompok industri.semakin banyak subsektor industri, menandakan semakin dalam struktur industri atau semakin tinggi derajat diversifikasi produk.

IV.           Permasalahan
1.    Keterbatasan Teknologi dan SDM

Kualitas SDM dapat diukur dengan rata-rata tingkat pendidikan dari angkatan kerja atau masyarakat dari golongan umur produktif (15-16 tahun). Jika pekerja yang tidak/belum menikah digabungkan dengan pekerja yang tidak tamat dan tamat SD maka berdasarkan data BPS, sebagian besar dari jumlah tenaga kerja di Indonesia hanya berpendidikan rendah. Fakta yang diperoleh berdasarkan data mengenai persentase dari penduduk disejumlah negara di Asia yang berpendidikan tersier ini memberi kesan adanya suatu korelasi positif antara kemajuan industri dan tingkat pendidikan masyarakat di suatu negara. Bahwa semakin besar persentase penduduk yang berpendidikan tinggi disuatu negara, maka semakin maju sektor industri di negara tersebut. Kualitas SDM juga dapat diukur dengan lamanya sekolah atau rata-rata tahun pendidikan yang dialami oleh masyarakat dari kategori umur tertentu di negara tersebut.
Tingkat produktivitas L dapat digunakan sebagai suatu proksi dari keterbatasan T dan SDM. Hipotesisnya bahwa semakin terbatas T dan L dengan pendidikan atau keterampilan tinggi di suatu sektor, ceteris paribus, semakin rendah tingkat produktivitas L dan berarti juga semakin rendah tingkat pertumbuhan output di sektor tersebut. Berdasarkan studi dari UNIDO, yakni tingkat produktivitas L di industri manufaktur di Indonesia ternyata berbeda antara perusahaan asing, perusahaan swasta, dan perusahaan milik pemerintah. Hasil studinya menunjukan bahwa tingkat produktivitas L di PMA rata-rata pertahun dua kali lebih tinggi dibandingakn di perusahaan swasta dan hampir 50% lebih tinggi dari pada di perusahaan milik negara. Rendahnya SDM di Indonesia salah satunya disebabkan oleh terbatasnya dana pembangunan pendidikan yang disediakan oleh pemerintah.

1.  Masalah-masalah struktural dan Organisasi
Kelemahan-kelemahan struktural yaitu:
1)  Basis ekspor dan pasarnya yang sempit
2)  Ketergantungan pada impor yang sangat tinggi
3)  Tidak adanya industri berteknologi menengah
4) Konsentrasi regional
5) Industri skala kecil dan menengah masih terbelakang
6) Konsentrasi pasar
7) Lemahnya SDM

2. Strategi Pembangunan Sektor Industri
Dalam melaksanakan industrialisasi, ada dua pilihan strategi, yakni strategi subtitusi impor dan strategi promosi ekspor. Strategi subtitusi impor sering disebut kebijakan inward-looking, yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri nasional yang berorientasi kepada pasar domestik. Sedangkan strategi promosi ekspor sering disebut kebijakan outward-looking, yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri nasional lebih berorientasi kepasar internasional. Strategi subtitusi impor dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang pengganti impor. Sedangkan strategi promosi ekspor dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa di realisasikan jika produk-prosuk yang dibuat di dalam negeri dijual dipasar ekspor

·        Kebijakan industri pasca krisis ekonomi

Salah satu sektor ekonomi di dalam negeri yang paling terpukul oleh krisis ekonomi adalah sektor industri manufaktur.  Masuknya IMF ke Indonesia dalam usaha membantu Indonesia untuk keluar dari krisis tersebut telah membawa suatu perubahan besar di dalam kebijakan industrialisasi di dalam negeri. sesuai kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan IMF dan juga kesepakatan di dalam konteks AFTA dan WTO, kebijakan industri pasca krisis sepenuhnya sejalan dengan kebijakan perdagangan luar negeri yang properdagangan bebas. Kebijakan industri ini lebih berorientasi ke ekspor dibandingkan sebelum krisis walaupun tidak menghilangkan perhatian kepada pembangunan industri-industri untuk pasar domestik. Imdustri-industri yang mendapatkan prioritas adalah industri-industri yang selain padat L juga mempunyai potensi ekspor yang berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang ada. Salah satu langkah konkret dari pemerintah dalam kebijakan industri baru ini adalah pengurangan tarif impor baik terhadap barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan baku dan komponen secara bertahap dan menghilangkan fasilitas-fasilitas kemudahan yang selama orde baru banyak diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar.

V.               KESIMPULAN

Proses industrialisasi bertujuan untuk perubahan struktur ekonomi sehingga terjadi penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi dan secara ekonomis masyarakat akan lebih makmur. Kemajuan proses industrialisasi dapat juga diukur dengan melihat jumlah kebutuhan yang berasal dari industri pengolahan. Semakin banyak jenis kebutuhan manusia dalam lingkungan tertentu dipenuhi oleh hasil-hasil industri pengolahan dapat juga dijadikan pertanda maju atau terlambatnya proses itu berlangsung. Bagi Indonesia, alasan untuk melakukan industrialisasi mempunyai berbagai alasan yang kuat yaitu untuk maju. Akan tetapi ada dua hal yang penting yang perlu diperhitungkan, apakah orientasi kita ke arah pengganti impor atau ke arah promosi ekspor.



SUMBER   :
1.    PEREKONOMIAN INDONESIA, Dr. Tulus T.H Tambunan,     Ghalia Indonesia.
2.    http://massofa.wordpress.com/2008/03/02/industrialisasi-keuntungan-koperatif/

No comments:

Post a Comment