Sejarah
ekonomi dunia menunjukan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi
antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, produksi dan perdagangan
antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi dibanyak negara, dari yang
tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri. Dapat dikatakan bahwa
kombinasi antara dua pendorong dari sisi penawaran agregat yakni proges
teknologi dan inovasi produk serta proses produksi dan peningkatan pendapatan
masyarakat yang mengubah volume dan komposisi konsumsi sisi permintaan agregat,
merupakan kekuatan utama dibalik akumulasi proses industrialisasi di dunia.
Walaupun
demikian, industrialisasi bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan
ekonomi, melainkan hanya salah satu strategi yang harus ditempuh untuk
mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan per
kapita yang tinggi dan berkelanjutan.
II.
FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INDUSTRIALISASI
Ada sejumlah faktor-faktor yang membuat
intesitas industrialisasi berbeda antar
negara, yakni:
o
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri.
o
Besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan oleh kombinasi antara
jumlah populasi dan tingkat PN Riil perkapita.
o
Ciri industrialisasi, yakni antara lain cara pelaksanaan
industrialisasi.
o
Keberadaan SDA. Ada kecendrungan bahwa negara-negara yang kaya
SDA, tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah
dan negara tersebut cenderung terlambat melakukan industrialisasi dibandingkan
negara-negara yang miskin SDA.
o
Kebijakan pemerintah yang diterapkan, termasuk instrumen-instrumen
dari kebijakan (seperti tax holidat, pinjaman dengan suku bunga rendah, dan
export processing zone) yang digunakan dan cara implementasinya.
III.
PERKEMBANGAN
SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NASIONAL
Industri dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
o
Industri Primer atau hulu yang mengolah output dari sektor
pertambangan menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada
tahap-tahap selanjutnya
o
Industri sekunder atau industri manufaktir yang terdiri dari
industri tengah yang membuat barang-barang modal, barang-barang sretengah jadi
dan alat-alat produksi, serta industri
hilir yang membuat barang-barang jadi yang kebanyakan adalah barang-barang
konsumen rumah tangga.
walaupun
suatu negara memiliki industri primer yang besar tetaoi lemah dalam industri
sekunder, maka belum dapat dikatakan bahwa tingkat industrialisasi di negara
tersebut sudah tinggi.
I.
Pertumbuhan output
Di
Indonesia, peningkatan kontribusi output dari industri manufaktur terhadap PDB
didorong oleh laju pertumbuhan outputnya yang rata-rata pertahun sejak awal
1970-an lebih tinggi dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Tidak hanya di
Indonesia tetapi juga disemua negara ASEAN lainnya, laju pertumbuhan output
rata-rata pertahun disektor pertanian lebih rendah daripada disektor
manufaktur, walaupun pada saat krisis ekonomi mencapai puncak terburuknya,
dampak negatifnya terhadap pertumbuhan output pertanian lebih kecil
dibandingkan apa yang dialami oleh di industri manufaktur.
II.
Pendalaman Struktur Industri
Dalam proses
pembangunan ekonomi jangka panjang transformasi struktural yang yang terjadi
didalam ekonomi dan dimotori oleh proses industrialisasi bukan hanya dalam
bentuk pergeseran pusat kekuatan ekonomi dari pertanian ke industri, tetapi
juga mencakup pergeseran struktur industri.
Pengertian dari struktur industri bisa
dalam berbagai arti, berbagai jenis, atau keompok barang menurut sifat atau
penggunaan nya, jenis kandungan inputnya, dan menurut orientasi pasar. Indikator
umum yang digunakan untuk mengukur struktur industri adalah distribusi dari
jumlah unit produksi yang ada di dan total NO atau NT dari sektor industri
menurut kelompok industri.semakin banyak subsektor industri, menandakan semakin
dalam struktur industri atau semakin tinggi derajat diversifikasi produk.
IV.
Permasalahan
1. Keterbatasan Teknologi dan SDM
Kualitas SDM dapat diukur
dengan rata-rata tingkat pendidikan dari angkatan kerja atau masyarakat dari
golongan umur produktif (15-16 tahun). Jika pekerja yang tidak/belum menikah
digabungkan dengan pekerja yang tidak tamat dan tamat SD maka berdasarkan data
BPS, sebagian besar dari jumlah tenaga kerja di Indonesia hanya berpendidikan
rendah. Fakta yang diperoleh berdasarkan data mengenai persentase dari penduduk
disejumlah negara di Asia yang berpendidikan tersier ini memberi kesan adanya
suatu korelasi positif antara kemajuan industri dan tingkat pendidikan
masyarakat di suatu negara. Bahwa semakin besar persentase penduduk yang berpendidikan
tinggi disuatu negara, maka semakin maju sektor industri di negara tersebut. Kualitas
SDM juga dapat diukur dengan lamanya sekolah atau rata-rata tahun pendidikan
yang dialami oleh masyarakat dari kategori umur tertentu di negara tersebut.
Tingkat produktivitas L
dapat digunakan sebagai suatu proksi dari keterbatasan T dan SDM. Hipotesisnya
bahwa semakin terbatas T dan L dengan pendidikan atau keterampilan tinggi di
suatu sektor, ceteris paribus, semakin rendah tingkat produktivitas L dan
berarti juga semakin rendah tingkat pertumbuhan output di sektor tersebut. Berdasarkan
studi dari UNIDO, yakni tingkat produktivitas L di industri manufaktur di
Indonesia ternyata berbeda antara perusahaan asing, perusahaan swasta, dan
perusahaan milik pemerintah. Hasil studinya menunjukan bahwa tingkat
produktivitas L di PMA rata-rata pertahun dua kali lebih tinggi dibandingakn di
perusahaan swasta dan hampir 50% lebih tinggi dari pada di perusahaan milik
negara. Rendahnya SDM di Indonesia salah satunya disebabkan oleh terbatasnya
dana pembangunan pendidikan yang disediakan oleh pemerintah.
1. Masalah-masalah struktural dan Organisasi
Kelemahan-kelemahan struktural yaitu:
1) Basis ekspor
dan pasarnya yang sempit
2) Ketergantungan
pada impor yang sangat tinggi
3) Tidak adanya
industri berteknologi menengah
4) Konsentrasi regional
5) Industri skala kecil dan menengah masih
terbelakang
6) Konsentrasi pasar
7) Lemahnya SDM
2. Strategi Pembangunan Sektor
Industri
Dalam melaksanakan industrialisasi, ada dua
pilihan strategi, yakni strategi subtitusi impor dan strategi promosi ekspor. Strategi
subtitusi impor sering disebut kebijakan inward-looking, yakni strategi yang
memfokuskan pada pengembangan industri nasional yang berorientasi kepada pasar
domestik. Sedangkan strategi promosi ekspor sering disebut kebijakan
outward-looking, yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri
nasional lebih berorientasi kepasar internasional. Strategi subtitusi impor
dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
dicapai dengan mengembangkan industri di dalam negeri yang memproduksi
barang-barang pengganti impor. Sedangkan strategi promosi ekspor dilandasi oleh
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa di realisasikan
jika produk-prosuk yang dibuat di dalam negeri dijual dipasar ekspor
·
Kebijakan industri pasca krisis ekonomi
Salah satu sektor ekonomi di dalam negeri yang
paling terpukul oleh krisis ekonomi adalah sektor industri manufaktur. Masuknya IMF ke Indonesia dalam usaha
membantu Indonesia untuk keluar dari krisis tersebut telah membawa suatu
perubahan besar di dalam kebijakan industrialisasi di dalam negeri. sesuai
kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan IMF dan juga kesepakatan di
dalam konteks AFTA dan WTO, kebijakan industri pasca krisis sepenuhnya sejalan
dengan kebijakan perdagangan luar negeri yang properdagangan bebas. Kebijakan industri
ini lebih berorientasi ke ekspor dibandingkan sebelum krisis walaupun tidak
menghilangkan perhatian kepada pembangunan industri-industri untuk pasar
domestik. Imdustri-industri yang mendapatkan prioritas adalah industri-industri
yang selain padat L juga mempunyai potensi ekspor yang berdasarkan keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif yang ada. Salah satu langkah konkret dari
pemerintah dalam kebijakan industri baru ini adalah pengurangan tarif impor
baik terhadap barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan baku dan komponen
secara bertahap dan menghilangkan fasilitas-fasilitas kemudahan yang selama
orde baru banyak diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar.
V.
KESIMPULAN
Proses industrialisasi bertujuan untuk
perubahan struktur ekonomi sehingga terjadi penciptaan nilai tambah yang lebih
tinggi dan secara ekonomis masyarakat akan lebih makmur. Kemajuan proses
industrialisasi dapat juga diukur dengan melihat jumlah kebutuhan yang berasal
dari industri pengolahan. Semakin banyak jenis kebutuhan manusia dalam
lingkungan tertentu dipenuhi oleh hasil-hasil industri pengolahan dapat juga
dijadikan pertanda maju atau terlambatnya proses itu berlangsung. Bagi
Indonesia, alasan untuk melakukan industrialisasi mempunyai berbagai alasan
yang kuat yaitu untuk maju. Akan tetapi ada dua hal yang penting yang perlu
diperhitungkan, apakah orientasi kita ke arah pengganti impor atau ke arah
promosi ekspor.
SUMBER :
1.
PEREKONOMIAN
INDONESIA, Dr. Tulus T.H Tambunan, Ghalia
Indonesia.
2.
http://massofa.wordpress.com/2008/03/02/industrialisasi-keuntungan-koperatif/
No comments:
Post a Comment